Kamu Berubah Stu…..
Pagi yang baru, hari ini hari pertama
masuk sekolah setelah liburan sekolah selama 2 minggu. Kemarin aku baru
pulang berlibur dari rumah oma. Sudah 2 tahun aku tidak pernah liburan ke rumah oma lagi
sejak terakhir kalinya aku datang bersama Stuart, sahabatku sejak kecil. Kita memang bertetangga, Stuart anak Om Surya dan Tante Serly, karena seumuran kita sering
main bersama. Memanjat pohon, masak-masakan, memancing, mengoleksi kupu-kupu
dan juga bunga. Kita juga teman sekolah, sekelas dan sebangku dari SD sampai SMA sekarang ini, waktu SD kalau aku diganggu pasti Stuart membantu dan melindungiku, dia memang sok
jagoan. Waktu kecil kita berdua sering liburan bersama, kadang aku ke rumah om-nya
di Solo. Kita berdua bermain di Candi Borobudur dan selalu mencoba untuk bisa menyentuh
jari patung Budha, aku meminta rumah bunga ditambah banyak kupu-kupu sementara Stuart
selalu ingin menjadi Superman. Kadang kita berdua juga pergi liburan ke rumah omaku,
di desa Banjarnegara, di daerah perbukitan. Kita sering jalan-jalan keliling
danau di atas bukit, mengejar kelinci, mencari buah-buah hutan, sampai lupa
waktu dan sering dimarahi oma. Dan waktu aku tiba di rumah oma sendirian,
beliau menanyakan Stuart.
“Oma! Cucumu yang paling cantik
udah nyampe nie…”, kataku sambil memeluk oma yang sudah agak rabun matanya.
“Aduh Jessy, kamu udah tambah
tinggi sekarang. Yuk, masuk sayang, diluar dingin….”
“Hehehe, iya dong oma. Pasti oma
kaget yah…, terakhir aku kesini khan aku masih kelas 2 SMP, sekarang khan aku
udah kelas 2 SMA jadi tambah tinggi dong…..”
“Oh iya, kamu nggak bareng Stuart? Nggak biasanya kamu datang kesini
sendirian, emang Stuart kemana?”
”Ahhh, nggak tau tuh si Stuart kemana. Waktu mau kesini aku ngajak dia tapi
katanya dia mau pergi manjat tebing sama temen-temen cowonya. Dia nggak ngajak
aku pula, katanya ini khusus buat cowo aja. Gak asik banget dia sekarang oma”
”Kenapa kamu nggak ngajak temen-temen cewe kamu kesini aja? Biar kamu nggak
kesepian khan liburan sendirian?”
”Yahh...., oma kayak nggak tau aja, anak-anak cewe di sekolah elit kayak
SMA Bunda Harapan gitu mana ada yang suka liburan di pedesaan kayak gini. Yang
ada mereka tuh maunya ke Paris-lah, Spanyol-lah, Singapore-lah, pokoknya mau
mereka tuh cuman shopping aja. Gak
banget deh!”
”Kamu nggak suka?”
”Aduhh omaku tersayang, udah 16 tahun Jessy jadi cucu oma, masa oma masih
nggak ngerti mau-maunya Jessy sih? Jessy tuh sukanya liburan yang penuh
tantangan, petualangan, pemandangan
alam, pokoknya serba alam....., gitu oma.....”
”Huhh, kamu itu emang mirip banget sama opamu itu. Sukanya manjat tebing,
mendaki gunung, sampe-sampe akhirnya setelah kita nikah kita memutuskan buat
tinggal di desa Banjarnegara ini karena opamu suka suasana alamnya yang ada di
daerah perbukitan”
”Ahhh, oma kok jadi nostalgia gitu sih.... Ummm, Jessy udah laper nih
oma......”
”Ya udah, ayo kita makan. Oma udah nyiapin sop buntut kesukaan kamu. Abis
itu kamu tidur, besok pasti kamu mau pergi ke danau di atas bukit itu
khan....?”
”Oma tau aja...., danau itu emang favorit aku setiap kali liburan disini
oma, heheheh....”
.......................
Teng.....teng....teng....
”Stuart tungguin!!”, aku mengejar
Stuart yang sudah tiba di depan pagar gerbang sekolah, pagi ini dia tidak
menunggu aku lagi untuk berangkat sekolah bersama. Dia berhenti dan menengok tapi terus berjalan.
”Woi...!!”
”Aduhh, apa-apaan sih kamu, main jitak kepala orang aja?”, dia meringis
kesakitan sambil memegang kepalanya yang sudah berhasil aku jitak.
”Habisnya, suruh nungguin malah cuek. Kenapa lagi-lagi kamu berangkat
sekolah sendiri?”
”Aduh Jes..., kita tuh bukan anak SD ato SMP lagi..... Kamu bisa jalan sendiri khan? Gak usah
berangkat sekolah bareng juga tujuan kita sama khan, SMA Bunda Harapan, kamu
tau khan jalannya?”, jawab Stuart yang tampak kesal.
”Kamu kenapa sih Stu....., kenapa......”, aku pun tiba-tiba sadar ini awal
masuk liburan, sangat tidak menyenangkan bila harus mengawali hari ini dengan
keributan. Aku pun akhirnya meminta maaf.
”Yahh...., sorry Stu, cuma becanda. Ummm, btw gimana liburan kamu? Aku
kemarin liburan ke rumah oma, beliau nanyain kamu gitu....”, aku pun akhirnya mengganti topik pembicaraan.
”Ohh, liburanku asik kok….”,
jawab Stuart asal-asalan.
“Kamu tau gak Stu, kelinci di
sekitar danau di atas bukit itu sekarang udah tambah banyak….., lucu-lucu
banget….. Sejak terakhir kali kita pergi bareng kesana kayaknya nambah 10 ekor
deh….., aku pengen ngasih mereka nama tapi susah soalnya mirip semua sih
kelincinya…., heheheheh”
“Oh gitu, eh Jes…., aku duluan ke
kelas yah….., see ya....” , kata Stuart
sambil berlari kecil menuju kelas.
“Kenapa sih tuh anak, sejak naik ke kelas 2 dia selalu menghindariku, diajak
jalan gak mau, diajak ngerjain PR bareng dibilang gak usah, aku ke rumahnya
selalu sok sibuk. Apa dia udah punya cewe kali yah? And dia gak mau aku
tau…..”, pikirku dalam hati.
…………………..
Seharian
ini di sekolah aku habiskan untuk mencari informasi dari teman-teman soal
pacarnya (mungkin…) Stuart. Aku pun memutuskan untuk bertanya pada Cybil, dia
terkenal paling suka menyebarkan gosip, pastinya dia akan tahu kalau ada gosip
tentang Stuart.
“Eh Cy, bisa ngobrol bentar nggak?”,
tanyaku saat Cybil sedang menikmati jus jeruknya di kantin sekolah bersama Nina
dan Maya.
“Boleh, kenapa emangnya?”, jawab
Cybil serius.
“Tapi nggak disini…, ikut aku bentar
mau nggak?”, balasku membuat Cybil penasaran dan langsung bangun dari kursinya.
“Gals, aku minjem Cybil bentar yah….”,
Nina dan Maya pun cuman tersenyum.
“Kenapa nie Jes, ada gosip yah
yang mau kamu kasi tau…..?”, tanya Cybil antusias.
“Nggak, justru aku mau minta informasi
sama kamu. Kira-kira kamu tau nggak si Stuart cewenya siapa?”, aku pun tidak
kalah antusias bertanya pada Cybil.
“Ohh…., bisa. Kalau cewenya Stuart
sih aku gak tau persis tapi cewe-cewe yang naksir Stuart mah banyak, ada Tita,
Delshy, Ria, Belda, Justin, Selvia, Aysah, Saori, Rara, trus….”
“Waduh, kok banyak banget? Mereka
pada katarak yah sampe mereka bisa naksir sama si Stuart?”, tanyaku keheranan.
“Aduh Jes, kamu udah
bertahun-tahun sahabatan sama si Stuart kok kamu nggak bisa ngeliat aura
ketampanannya dia sih? Di sekolah ini banyak kali yang naksir sama si Stuart,
tapi aku belum pernah ngedengar kabar Stuart macarin salah satu diantara
cewe-cewe itu, sumpah dia cool abis……”,
terang Cybil sambil terus memutar ujung rambutnya yang dikepang ke samping.
“Ohh…, yah udah. Makasih yah Cy
buat infonya….., bye....”, aku pun
beranjak kembali ke kelas untuk mencari Stuart. Sesampainya di pintu kelas aku
kaget melihat Rara anak XI IPA 2 menyodorkan selembar kertas undangan pada Stuart.
“Mmmm, Stuart, hari Jumat nanti datang
yah ke birthday party-ku. Cuman kamu anak kelas bahasa yang diundang, jadi
datang yah……, aku tunggu…..”, ujar Rara yang sudah salah tingkah di depan Stuart.
“Ohh gitu…., yah udah. Nanti aku
usahain…..”, Stuart langsung menyimpan undangan itu dalam tasnya sambil
tersenyum manis.
………………….
Siang
ini seperti biasa Jakarta selalu panas dan macet, ubun-ubun kepalaku rasanya
akan meleleh. Waktu bel pulang sekolah tadi aku mau mengajak Stuart pulang
bersama tapi dia seakan sudah mengetahui niatku dan langsung beranjak pergi. Aku
berusaha untuk menyusulnya tapi dia sudah tidak terkejar lagi, akhirnya aku
jalan sendirian menuju halte bus. Selama menunggu bus di halte aku merasa
seperti ada orang yang terus memperhatikanku, tapi karena ada banyak orang di
halte jadi aku tidak terlalu ambil pusing. Setelah 30 menit menunggu akhirnya
ada juga bus yang belum penuh, saat aku hendak menaiki bus tiba-tiba tasku
dijambret. Aku sangat terkejut dan akhirnya hanya bisa berteriak
sekencang-kencangnya.
“J A M B R E T !!!!!!!!”
Orang di sekitar
tempat itu akhirnya sadar ada yang membutuhkan pertolongan, dengan sigap mereka
beranjak dari kegiatan mereka masing-masing dan mencoba menolong. Mereka
beramai-ramai mengejar penjambret itu, aku pun ikut lari mengejar. Aku pernah
jadi atlit lari saat masih SMP, jadi berlari bukan hal sulit bagiku. Akhirnya penjambret
itu berhasil ditangkap, oleh massa dia hendak diadili tapi polisi datang dan
mengamankannya. Tragedi siang itu benar-benar membuatku lebih kesal pada Stuart,
kalau saja dia ada dan menemaniku pulang sekolah kejadian itu pasti tidak terjadi.
Aku hanya bisa memendam rasa kesal dalam hati. Sesampainya di rumah aku langsung
masuk ke kamar dan beristirahat, tapi aku masih memikirkan kejadian di kelas
tadi.
“Kenapa Stuart nerima
undangan dari Rara? Emang dia nggak inget yah Jumat nanti khan aku juga ulang
tahun, seharusnya khan dia ingat tiap kali aku ulang tahun aku selalu nunggu
kado dari dia di taman belakang rumah. Ato mungkin dia cuman gak enak hati sama
Rara aja makanya dia nerima undangan itu, aku yakin kok Stuart pasti inget
ulang tahunku, dan dia pasti datang dan ngasih aku kado nanti. Tapi tahun lalu Stuart
nggak kasi aku kado, mungkin karena waktu itu dia khan lagi khawatir sama
mamanya yang lagi sakit, tapi dia nggak minta maaf sama aku waktu itu. Ahh..,
udahlah Jes, kamu itu harus percaya sama sahabat kamu. Stuart pasti datang,
pasti...!!!”, begitu
banyak pertanyaan dalam kepalaku, tapi akhirnya aku memutuskan untuk yakin dan
percaya pada Stuart, sahabatku.
................................
Perasaan seseorang di hari
ulang tahunnya itu memang selalu berbeda, senang sekali..... Karena pada hari
itu dia yakin akan ada banyak orang yang menunjukan rasa sayang mereka padanya,
seperti aku hari ini..... Hari ini yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun
dan memberikan kado padaku pastinya mama dan papa, selanjutnya ada Tyas, adikku,
oma, om Surya dan tante Serly, teman-teman sekelas, gebetan-gebetan, dan........., hanya itu. Aku menunggu ucapan selamat dari Stuart, tapi sudah
sampai sore dia belum juga terlihat.
”Mungkin dia lagi nyiapin
kado buat aku nanti malam...”, pikirku.
Malam itu aku menunggu Stuart di taman belakang rumah, dari kecil memang
dia selalu jadi orang terakhir yang memberi aku ucapan selamat ulang tahun dan
kado, dan aku selalu menunggu dia di taman belakang rumah. Detik berganti
detik, menit berganti menit, jam berganti jam, Stuart tidak kunjung datang. Aku
tetap keukeuh menunggunya, walau mama dan papa sudah menyuruh aku masuk karena
banyak nyamuk tapi aku malah membawa selimut dari kamar dan tetap menunggu Stuart
hingga.........,
”Jes, bangun sayang udah pagi nie.....”, suara mama membangunkanku yang
tertidur di kursi taman.
”Hah?!? Udah pagi ma?”, aku yang setengah terkejut akhirnya sadar penantianku
semalaman tidak membuahkan hasil, Stuart tidak datang.
............................
Aku yang semalaman menunggu
Stuart di taman akhirnya jatuh sakit, dokter bilang aku terjangkit demam
berdarah. Aku pun harus istirahat di rumah karena demam tinggi selama 3 hari,
tubuhku lemas. Teman-teman sekelas datang untuk menjenguk tapi aku tidak
menemukan sosok Stuart diantara mereka, bahkan om Surya dan tante Serly datang
tapi tidak bersama Stuart, mereka menyampaikan kalau Stuart masih sibuk tapi Stuart
pasti datang menjenguk aku nanti. Aku sangat kecewa padanya, rasa-rasanya aku
bahkan sudah mulai membencinya dan tidak mengharapkan kedatangan dia lagi.
Hampir seminggu berlalu hingga akhirnya sosok Stuart muncul, waktu itu aku
sedang duduk di tempat tidur sambil menikmati coklat pemberian teman-teman,
tapi aku sudah terlanjur marah padanya.
”Jes aku mau minta.....”
”Udah Stu, udah..... Kamu berubah Stu, kamu bukan Stuart sahabatku yang
dulu lagi. Kamu gak pernah mau jalan bareng lagi, gak mau ngerjain PR bareng,
gak pernah mau berangkat bareng ke sekolah lagi, gak mau liburan bareng lagi. Aku
pernah dijambret tau gak? Aku juga sakit karena nungguin kado ulang tahun dari
kamu semalaman di taman belakang? ”Pasti kamu
ke birthday party-nya Rara” gitu
aku mikir. Mana Stuart yang selalu ngejagain aku? Mana Stuart yang selalu setia
ngedenger cerita-cerita konyol aku? Mana Stuart yang selalu ngabisin liburan
bareng aku? Mana Stuart yang selalu datang setiap malam dan bawain aku kado
ultah di taman belakang? Mana Stu? Mana?”, kataku setengah berteriak, aku cuma
bisa menangis, tapi rasanya menangis saja tidak cukup untuk menunjukan betapa
sakitnya hatiku. Saat itu tiba-tiba saja aku sudah ada dalam pelukan Stuart.
”Maafin aku Jes, aku udah bikin kamu bingung dan benci padaku. Aku emang
berubah Jes, aku sadar itu. Dan aku bener- bener minta maaf. Maaf karena aku
nggak ada saat kamu lagi susah. Maaf karena aku nggak lagi mau ngedengerin
cerita-cerita kamu. Maaf karena aku nggak pernah lagi ngabisin liburan bareng kamu.
Maaf karena 2 tahun terakhir ini aku nggak pernah nemuin kamu lagi di taman
belakang dan ngasih kamu kado ultah. Maaf karena aku udah bikin kamu sakit dan
nangis kayak gini. Tapi, aku punya alasan tersendiri Jes. Soal kado ulang tahun
kamu, aku cuman nggak tau apa yang cewe SMA suka, aku nggak tau apa kamu bakal
suka kado dari aku ato nggak. Karena kado yang mau aku kasi ke kamu bukan lagi
kado dari seorang sahabat tapi kado dari seorang cowo yang suka sama seorang
cewe. Aku sayang sama kamu Jes, sayang banget, tapi rasa sayang aku sekarang
beda Jes.”
”Bodoh...., kamu emang tetep bodoh yah kayak dulu....”, aku melepaskan
pelukan Stuart dan menjitak kepalanya.
”Auch....., maksud kamu?”, tanya Stuart.
“Kenapa kamu harus nunggu sampe 2 tahun sih? Kenapa kamu harus nunggu aku
jatuh sakit dulu, Stuart bodoh? Kalau aja kamu ngomong dari dulu mungkin aku
nggak perlu nangis sekarang. Aku juga sayang sama kamu Stuart, sayang banget,
tapi kali ini aku pengen kamu ganti status jadi pacarku, Stuart bodoh......”
THE END
No comments:
Post a Comment