Saturday 20 December 2014

Momen-momen Kecil #1

Kebanyakan orang pasti pernah membolos, bahkan ada yang menjadikan bolos sebagai kegiatan rutin. Sensasi membolos baru pernah aku rasakan dan aku coba saat duduk di kelas 3 SMP. Kalau diingat-ingat itu kejadian yang cukup lucu dan polos. Aku hanya ingin membagikannya karena aku tidak ingin momen itu kusimpan sendiri dan sebelum aku pernah membagikannya aku sudah meninggal. 

Saat itu sekolahku seperti kebanyakan sekolah lain mengadakan kelas persiapan menghadapi ujian bagi murid-murid kelas 3. Entah mereka yang tidak peduli atau bagaimana, maksudku bahkan kami (tidak semua) tidak terlalu menyukai kelas regular yang harus kami ikuti setiap hari (Senin-Sabtu, kalau saja ada yang tidak tahu), bagaimana bisa dengan tanpa perasaan mereka memberi kami kelas tambahan. Seakan mereka memotong waktu bermainku dan teman-temanku, ini termasuk membaca kliping majalah anak muda di perpustakaan daerah dan merobek gambar aktor/artis favorit dan artikel menarik, mengunjungi warnet dan mencari informasi tentang selebriti luar negeri, membaca komik gratis di toko buku Gr*media, wisata kuliner murah meriah, mengunjungi toko aksesoris favorit kami (Louise Art Shop) karena ada anak pemilik tokonya yang tampan, berkeliling kota dengan angkutan umum yang super heboh, dan masih banyak kegiatan sederhana lain yang membawa kesenangan bagi kami. Sungguh tidak berperasaan (menurutku). 

Setiap sekolah pasti memiliki satu atau beberapa guru yang paling ditakuti, yang akan diberi gelar 'kehormatan', KILLER. Hari itu, salah satu dari beberapa guru killer yang dimiliki sekolahku mendapat jadwal mengajar di kelas tambahanku. Dia seorang guru Bahasa Inggris yang juga adalah seorang Wakil Kepala Sekolah. Aku dan sahabatku, Raisa, memutuskan membolos di hari itu. Sambil menuliskan ini aku mencoba memikirkan jawaban dari pertanyaan 'Mengapa kami membolos saat Pak Suban yang mengajar?' Apakah kami hanya ingin pamer kalau kamu cukup berani untuk membolos dari kelasnya? Sebegitu membosankankah kelasnya sehingga kami membolos? Atau karena kemungkinan sensasi membolos dari kelasnya akan lebih kuat dan membuat kami bisa menjadikan itu salah satu sejarah masa muda terhebat yang pernah kami miliki dan bisa kami ingat sepanjang hidup kami. Entahlah. Mungkin saja ketiga kemungkinan jawaban itu merupakan keseluruhan jawabannya. 

Raisa, sahabatku (kami masih bersahabat hingga hari ini, tadi pagi dia baru saja mengirimkan pesan singkat bahwa dia akan mengikuti tes psikotes untuk bisa bekerja di salah satu bank di kota tempat tinggalnya, Kupang, dan memintaku mendukungnya dengan doa-aku harap dia berhasil) telah lebih dahulu mencicipi asam garam dunia bolos-membolos, dia sudah lebih ahli dalam hal ini. Tapi itu tidak membuatnya menjadi planner utama dari aksi kami. Kami berdua sama-sama merencanakannya, kami telah memikirkan tempat-tempat yang akan kami datangi setelah berhasil melewati gerbang utama sekolah. Tentu saja, Louise Art Shop masuk dalam list kami. Keluar dari sekolah kami bukanlah hal yang terlalu sulit: (1) semua guru sudah akan sibuk menuju kelas tempat mereka mengajar kelas tambahan sesaat setelah bel tanda mulai berbunyi (2) gerbang sekolah kami selalu terbuka lebar tanpa diawasi security (3) bentuk sekolahku yang lebih terpusat ke arah dalam membuat sulit bagi orang lain untuk bisa melihat adanya pergerakan yang dilakukan secara diam-diam. Aku dan Raisa telah berdiri di lorong sekolah menunggu kelas tambahan dimulai, saat kami mulai mendengar suara beberapa orang guru yang mau memulai kelasnya kami pun mulai pelan-pelan sambil sedikit berlari menyusuri tembok kelas yang paling dekat posisinya dengan gerbang sekolah. Sesampainya di ujung tembok kelas tersebut kami mulai melihat keadaan sekitar gerbang kalau-kalau ada guru yang mengenali kami berkeliaran, kami menghindari mereka karena kami ingin berpura-pura menjadi adik kelas yang baru saja pulang dan berbaur dengan adik kelas yang sesungguhnya. Walaupun kami cukup terkenal di sekolah (sedikit sombong) tapi kami mesti tetap berhati-hati. Setelah yakin bahwa keadaannya aman kami pun berusaha bersikap tenang dan berjalan keluar gerbang seakan kami baru saja pulang. Kami sedikit gugup dan berharap nama kami tidak dipanggil sebelum kami keluar melewati gerbang. Perjalanan melewati gerbang terasa lebih jauh dari biasanya karena keinginan kami untuk bisa segera keluar. Kami berhasil.

Setelah melewati gerbang, kami masih harus berhati-hati apabila bertemu guru kami yang tidak bertugas mengajar di hari itu dan masih berdiri diluar pagar sekolah menunggu angkutan umum. Mereka semua telah pulang, untungnya. Tentu saja, tidak ada yang mau berlama-lama berdiri di bawah terik panas matahari untuk menunggu angkutan pulang, terlebih lagi jika kamu sudah tua dan capek menghadapi kumpulan pengacau kecil seharian. Kami langsung berlari menyusuri pagar menuju Louise dan berharap bisa bertemu anak pemilik toko yang tampan dan pandai bermain gitar itu. Kami memanggil dia Taf, karena dari informasi yang kudengar saat aku hendak membayar barang yang kubeli di tokonya saat ibunya yang bertugas sebagai kasir memanggilnya begitu (Raisa sangat senang saat mengetahui namanya). Sayangnya, kami tidak berhasil melihat dia hari itu, dan akhirnya memutuskan untuk pergi membaca majalah di perpustakaan daerah. Aku tidak begitu ingat kenapa, apakah kami bosan dengan majalah-majalah yang hampir semua telah kami baca atau karena ada alasan lain, tapi aku tidak ingat kami benar-benar membaca saat itu. Aku ingat kami sedang duduk, dengan masih menggunakan seragam kami, diatas aspal gerbang keluar perpustakaan yang langsung terhubung dengan jalan utama tempat kami biasa menunggu angkutan umum. Kami mengobrolkan hal-hal random dan juga kemungkinan-kemungkinan apa saja yang bisa membuat kami ketahuan saat membolos, apa yang akan teman-teman kami katakan tentang 'keberanian' kami, dan lainnya. Tiba-tiba Raisa bangkit berdiri dan menyuruhku melakukan hal yang sama. Aku mengikutinya. Kami berjalan masuk ke arah perpustakaan. Setelah sampai sedikit ke arah dalam, dia memberitahuku kalau tadi dia melihat ada orang yang menyorotkan kamera ke arah kami dan dia langsung terpikir kalau itu adalah wartawan koran lokal yang sedang mencoba mencari bahan berita tentang kenakalan pelajar, yang salah satunya adalah membolos. Kami lansung dengan sedikit histeris membayangkan seandainya gambar kami membolos benar-benar dimasukkan sebagai berita koran. Itu akan sangat memalukan. Terakhir kali ada berita mengenai pelajar yang tawuran dan saling melempar batu. Kami melihat gambar yang dicetak di salah satu koran tanpa diedit. Bayangkan wajahmu terpampang di koran sedang tawuran dengan jelas, sangat memalukan. Seluruh penduduk kota melihatmu di koran sedang melempari orang lain dengan batu. Kamu jelas-jelas tidak menginginkan itu terjadi. Kami berharap mereka tidak berhasil mendapatkan gambar kami dan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya kami pun memutuskan untuk pulang. Hari itu kami berdua menghidupi masa remaja kami yang tidak ingin kami habiskan dengan membosankan. Ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi paling tidak kami memiliki momen untuk diingat bersama. Persahabatan sepatutnya membawamu ke arah yang lebih baik, aku tahu itu. Tapi sebagai anak umur belasan tahun, aku tentu saja tidak peduli. Aku tidak mendorong siapapun yang masih berstatus pelajar untuk membolos, sekolah itu penting. Aku hanya ingin kalian ingat bahwa saat kalian hidup dengan membosankan tanpa berani mengambil resiko kalian tidak akan bisa memiliki momen-momen untuk diingat. Tapi janganlah meniruku, kalian ciptakanlah momen-momen keberhasilan masa muda kalian. Teruslah menuai prestasi demi prestasi. Buatlah masa muda yang bisa kalian banggakan di saat kalian sudah dewasa. Terus kembangkan dan gali potensi-potensi luar biasa dari diri kalian. Tuhan menciptakan kalian dengan luar biasa untuk tujuan yang luar biasa. Mulailah mencari tahu apa tujuan itu. Bangunlah pergaulan yang bisa mendukung kalian mencapai tujuan itu, dan tentu saja mendekatlah pada Pencetus tujuan itu, yaitu Tuhan sendiri. 

Aku harap tulisan ini tidak membosankan, aku menuliskannya (mengetik lebih tepatnya) dengan penuh semangat dan harapan bahwa kalian yang membaca akan menyukainya dan mau menantikan tulisan-tulisanku selanjutnya. 
Terimakasih sudah mau meluangkan waktu kalian untuk membacanya. Kritik dan saran selalu akan dengan senang aku terima. 
Hwaiting!!

Wednesday 19 November 2014

Dunia Kecilku

Selebar satu setengah jengkal kaki
Sepanjang dua setengah jengkal kaki
Tembok hijau muda penuh coretan kreasi kapur warna
Karpet beda motif saling tumpuk menjadi alas
Rak sepatu korban malfunction
Kotak-kotak beda ukuran beda bahan jadi teman
Bean bag kuning itu tahta

Ini bukan tempat terindah
Ini bukan tempat ternyaman
Ini tempat yang dicibir

Tapi ini dunia kecilku
Aku suka disini

Wednesday 22 October 2014

Step by Step

22nd October 2014

They're so young
They're so fragile
They're passionate about tomorrow
They laugh a lot over a friend's joke
They go out beyond midnight
They have breakfast at 1.16 AM
They give birthday surprise to their loved ones
They cook for their loved ones
They take selfies
They take groupies
They dont wear jacket at night
They go to movies
They talk about food
They share food with one another
They have too much energy
They easily get starve
They eat a lot
They hate doing sport
They are 

Monday 13 October 2014

Step by Step

Sunday, 12th October 2014

My favorite day after all. I was getting ready for the morning service, I put on my new "skort" (short-skirt) and my pink shirt. It was just another exciting Sunday. I was thinking, in a while I would see the Lifehousers; we would have a great time praising-worshiping our Lord Jesus, listening to inspiring-motivating-encouraging message to build our faith in Jesus, having people come to listen about Jesus and His greatness, and many more. Only by having those thoughts I felt so pumped up. I rode my bike singing along the way. When I got there, the room has been set up and we were almost ready for the fellowship. Then, Ka Dini and her husband arrived with a box of cake from Surabaya. I stood up and gladly received that box as others started teasing me about that but as usual I didnt care (I love cake like a lot, even better when it's free hahaha). I let Bang Gomgom (our pastor) and his wife to take the cake firstly as we followed. Sharing is the best thing to do among believers after all. When we share it's like we let people come in and be closer to us and as one family in Christ it's very important for us to love doing it.  So, we started the morning service with room packed with people as the kids church also had started the fun outside.  I loved the message delivered at that moment. It was about Esther - Godly woman in the bible, how she lived not only for herself but also for God and her people. I have read about her story before but I never really noticed about this one thing that I can learn form her story. I learned to live for others which means I need to concern about their salvation. It doesnt mean that I have the power to save them, only Jesus can save them, but it simply means that God can use me to share about His good news of salvation through faith in Jesus Christ to people. I have experienced God's love, His grace saves me, I have His promise of eternal life with Him in Heaven, I know for sure that Jesus is the only way, truth, and life that no one can come to the Father but through Him, I know that if we dont put our faith in Him then hell is our final destination. Why wouldnt I share this to people? I mentioned before that I love sharing, so why dont I share this amazing good news to people? My part is to share and the rest will be taken care by God; whether that person believes in Him or not, only God knows. Just do your part, sharing. By doing it, I dont live only for people but also for God since I become worker in His work-field. I follow His command to go out and share about Him to people. God doesnt have to use me but He wants to. He wants me to be His partner. Instead of working for Google, Microsoft or some other massive companies, it must be way more better to work with God, like really. We finished with the morning service and started to pack up. Another service to go, remix service.

I dragged piles of chairs from the back side toward the stage and began to put them in order. There were 5 of us busy preparing the room for the remix service. While dragging the chairs what I had in my mind was just getting the room ready for people to come in and listen about Jesus. It's exciting to think of room packed with young people whose hearts will be touched by God, whose life will be different after they received Jesus as their Savior, whose sins will be forgiven, whose burdens will be taken off. They will have the same hope, the same joy, the same piece, the same promise, the same faith in the same God with ours, Jesus Christ. Taking part in such a ministry is a privilege. I believe that there's no small or big part as we serve God and minister His people, since we are body of Christ so every single part is important. If we do our part well, even if it's only a "small" thing in people's eyes but it's not in His sight. When we do it, do it for Him. God sees always. He was there when I dragged the chairs, when Andri-Arudo-Bang Yos set up the curtain, when Varol put the drums in order, when any of us, His workers do our parts - He's there looking.

After the service, I and some other friends went out for dinner and planned to go watching the final show of 3030. It was the very last show and we decided to go for it. We had to be in a very long line before we could go in. After we got in we still had to wait for an hour. We killed the time by playing game, taking pictures, and teasing one another. We laughed out loud and got people's attention but it didnt matter since we just wanted to enjoy the moment. The last show was crazy. They gave all out, all the jokes and craziness. I enjoyed it. At the end of the show, I and Uma wanted to take pictures with our favorite performers. So, we waited for them and got to see them. It seemed ridiculous for some people, even some of my friends said that I looked so countrified. But for me it's all about creating memories, it doesnt matter if people look down at me because of that. It's my memory of life to be created, not theirs, so whatever they say about it bothers me not. What I mean here, just enjoy your life while you're still young, be ridiculous, dont hold yourself down. Jesus died for you so you can have the victory over death, your biggest fear. It also means that He wants you to enjoy the life that He gives to you without being afraid any longer. And while you're still young just be free (in positive way) as much as possible because things change as you get older, you have more responsibilities and less time to enjoy yourself. So, if people stare at you strangely as you try to enjoy the moment and create memories just let them see it. Dont ever let them ruin your moment. At the end of the day you will lay down on your bed all alone thinking about things you have done for the day, if you let people interrupt your chance to enjoy the moment I bet you will regret it. So dont!


Sunday 12 October 2014

Step by Step

Saturday, 11th October 2014

I woke up seeing my bedroom was in a mess, I thought I still have time to clean it but I didnt. I went to my bathroom and took only few minutes in it before I dressed up. As usual we, Lifehousers, have this program called COME2US. Through this program we spread the flyers of Blaze to students and university students. Recently, we will get together firstly in CK Renon Park, park our motorbikes there and leave with Bang Gomgom's car. Today, Andri arrived first as I followed, then Tian. They went into CK to buy breakfast, but I went toward different direction to an old woman with her bike with big basket filled with wrapped rice, big-sliced fruit (papaya, watermelon and melon), sweet potatoes etc. I bought 2 big slices of papaya and 1 sweet potato for my breakfast (since I claimed to be doing carbo diet). We were still waiting for Tiff, Bang Gomgom and Simon while had breakfast. After everyone got together, we left CK but I couldnt find my keys. I looked around and realized that someone had found it. I left my keys inside the old woman's basket before, I've been so careless. Inside the car, they told me to sit alone in the back but I didnt want to so four of us (I, Tian, Tiff and Simon) squeezed in the second row. Our first destination was STIKI, we've been there before but none of them really stayed so we decided to give it another try. We broke into two groups, I was in the same team with Tiff and Tian. We started to spread the flyers and I got a call from my boss' husband saying that he wanted to go to the studio to work on his wife's little shop. He wanted me to make sure that the studio was empty, I told him I would have to call Bree-the instructor. When I called her, she said she had left the studio because the power went off. I got surprised thinking that it must be because I forgot to refill the power. I was freaking out. I was afraid if my boss' husband figured it out when he arrived in the studio. I then decided to leave STIKI and went back to CK to take my motorbike. It was a long suffering. I had to wait for a very long time to get into the public transport three times (Bali needs more public transport) and then spent my 10K for only a short trip with the motorbike-taxi. It didnt really matter since I was in hurry. I jumped onto my motorbike and rode it as fast as I could toward my workplace. I coulndt stop praying, asking God that things would be just fine. It was a very hot day but I didnt care. Later, I figured out that the power went off directly from its center, it had nothing to do with me. I met my boss' husband as he was almost done hanging and putting all the clothes out to be sold. I got to help him a little bit and things went well. I thanked God but also I felt stupid that I worried too much and left the team. Lesson learned. 

On my way home, I felt so tired and sleepy along the way. It must be because of the day temperature, it sucked all of my energy. I even almost hit somebody, thank God He protected me. I fell asleep as I arrived in my dorm (my room was still in a mess). Few hours later I woke up and it was almost 5 o'clock. We had planned to play badminton at 5.30 (one of Lifehouse's small events called Badminton Fun Day). I didnt take a bath since I would get sweaty after all. The event ran well, we had some new friends, I got to know a friend named Tias a little more, everyone had some fun. I went home early with Sindi, a friend. She wanted to go to my place to take a bath. I warned her that my place wouldnt delight her but she insisted so I said yes. I left my room in a mess and found it in the same condition and Sindi got to see it (it was embarrassing, really). Sindi is a moslem and I have two dogs (they're not mine actually, they belong to my dorm's owner), so we struggled before she could take a bath. I had to make sure that the dogs wouldnt be able to go after her. Another problem solved after I had those dogs in their cage. We both then ready to go to watch the laser performance held by a network provider called 3. It's a free entry event with fabulous performance, they played drama using laser, it amazed me a lot. I actually have watched it three times but they still entertained me. The last show would start at 10 pm so I went to Kedai Bamboo firstly to help Andri and Simon prepared the room for our morning service tomorrow. People were still using the room so we waited. We discussed about things dealing with the church. As leaders we see things, find troubles, and discuss about it. We love to do it. The clock hit 10 pm but the people had not left. We were about to go to watch the laser performance firstly then the room was finally empty. We stayed and prepared the room. When we finished, the laser performance had started; we didnt get the chance to watch it. I was okay with it (I watched it three times already, come on). We took pictures of us holding the tickets with sad faces, pretending that we were dissapointed but we were not. We joked a lot, laughed, teased one another then decided to find something to eat. Baked corns became our choice for dinner. As we ate it, Simon stood up and started to lead us playing some weird games. I didnt even know how to play them till the last game we played. I was playing prank on him saying that if I were a psychopath I would have killed him because of those annoying games he made up. We stayed up until 1.30 in the morning then decided to go home. It was a lot of fun spending my time with them. They are good friends to be around with. They will not take their friends for granted, they love to share, they love to support, they love to help, they love Jesus. Having them as your friends will surely make you feel better about your life.

Friday 10 October 2014

Step by Step

Friday, 10th October 2014

I woke up this morning feeling so excited thinking "Thank God It's Friday". I work 5 days a week, starts at 7 am and sometimes 8 am and go home at 4 pm. My job is "light", like I dont have to do so many things, even sometimes I dont have much to do. I like it, but for some reasons it gives me no challenge. I spend most of my time sitting in front of the computer, reading articles, but not like full-of-information articles, they are more like articles about events happen around the world. Horrible things happen everyday, this world is getting worse; the nature, the people. I can say so because I read about it everyday. A young boy who shot himself at his school bathroom since he couldnt stand being bullied by his friends, a transgender woman was killed-chopped-and cooked by her boyfriend, a girl was laid by his step father since she was young, and more. When I read those news I feel sick but in the other side grateful as well. Im grateful because my God, Jesus is protecting me always. Like He's always right beside me whenever or wherever I am. I will never feel lonely. It's so great having Him as my God. He also gives me great friends to be around with, Lifehousers. Like today, Im planning to go to Serangan Beach with one amazing girl, Uma. We plan to go there by motorbikes to enjoy the sun-set. I always love spending my time in the beach. I love when the air blows and gives me a chill, I love to feel the sand with my bare feet, I love when the wave hits me softly, I love when the sun shines so I can feel the warmth, I love everything about beach. It's gonna be my first time in Serangan Beach and Im going to make every single moment worth. I just cant wait. Yaiyyyy!!

Thursday 2 October 2014

Berbagi itu Menyenangkan

Aku tiba lebih awal dan Tanya sudah berdiri di depan pintu rumahnya menyambutku dengan senyuman. Ini kali ketiga aku datang berkunjung ke tempat tinggalnya dan aku tahu bahwa kunjungan kali ini akan jauh lebih menyenangkan. Potluck party yang sudah kami rencanakan seminggu sebelumnya ini adalah yang pertama kalinya dan persiapan yang kami lakukan hanya berlangsung via telepon. Aku memasuki rumahnya dan langsung menuju ke ruang makan, rujak yang kubeli tadi siang kutunjukkan pada Tanya. Dia belum pernah merasakan rujak sebelumnya dan aku pikir dia akan menyukainya jika bumbunya tidak pedas. Beberapa saat kemudian Andri dan Arudo tiba, mereka berdiri canggung di depan pagar rumah dan kami harus keluar untuk menjemput mereka masuk. Dua plastik hitam berisi tahu goreng, semangka dan melon disodorkan padaku. Arudo memintaku memotong semangka dan melon yang dia beli, dengan senang hati kulakukan. Aku beberapa kali meminta ijin Vlad dan Tanya untuk menggunakan peralatan dapur mereka hingga akhirnya Vlad seakan memberiku kuasa penuh untuk memakai peralatan apapun yang aku butuhkan dengan memintaku untuk membuat diri seakan di rumah sendiri, "make yourself at home", dia bilang. Kami benar benar melakukannya, kami mulai ribut dengan candaan kami sendiri di dapur, tertawa dan mengejek satu sama lain sementara Tanya sedang mandi dan Vlad berdiam di kamarnya. Pukul 3.20 aku memberitahu mereka kalau aku harus pergi ke tempatku bekerja dan aku akan kembali setelah selesai. Sekembalinya aku dari tempat kerjaku, beberapa motor terlihat sudah terparkir rapih di halaman depan. Meja makan sudah penuh dengan kotak-kotak berisi berbagai jenis makanan dikelilingi oleh beberapa teman yang sudah tiba. Simon, koordinator acara ini terlihat sedang sibuk menyiapkan pasta yang dimasaknya langsung disitu agar bisa kami makan bersama nanti selagi masih panas. Beberapa yang lain juga ikut membantu, Arini dan Dhidhi di bagian sisi dapur yang lain sedang mengiris daun oregano dan Arudo yang meniriskan pasta yang telah direbus. Rujak yang kumasukkan ke dalam kulkas sebelumnya untuk menjaganya tetap segar aku keluarkan. Tanya dan Yumiko tertarik untuk mencoba dan mereka menyukainya. Yumiko bahkan menanyakan resep saus rujak tersebut, dia memfavoritkan rujak. Aku berusaha memberitahu jenis-jenis buah yang dipakai dan tidak dapat menjelaskan apa itu bengkoang kepada mereka karena aku tidak tahu terjemahannya ke dalam bahasa Inggris. Yumiko, sukarelawan guru Blaze Nihongo yang telah sekian lama membantu gerejaku (Lifehouse Bali) untuk menjalankan program kursus gratis bahasa kami - Blaze, terlihat menikmati saat-saat kami bersama mengitari meja makan dan mulai mencicipi makanan yang ada. Aku tidak pernah bicara banyak dengannya sebelumnya, dia selalu terlihat sendirian di sudut belakang saat selesai mengajar dan lebih banyak diam, tapi kali ini kami bisa bergaul akrab. Dia membawa sejenis makanan asal India (aku lupa namanya), dan itu terlihat lezat, aku mencicipinya sedikit. Aku yang bertugas sebagai seksi acara berpikir bagaimana agar suasana acara itu bisa lebih menyenangkan. Aku telah menyiapkan permainan sederhana menggunakan balon dan bahkan meminta Vlad menolongku meniup balon-balon itu, akan tetapi aku menyadari kalau kita tidak punya cukup waktu. Aku pun mengusulkan agar kita berkaraoke saja, aku sangat suka karaoke. Aku meminta bantuan Vlad lagi untuk men-download video karaoke beberapa lagu hit dari penyanyi-penyanyi muda seperti Miley Cyrus, Selena Gomez, juga penyanyi lain seperti Avril, Simple Plan dan lainnya. Karaoke pun dimulai dan ternyata tidak semua orang tahu membawakan lagu yang aku minta putarkan. Suasana menjadi agak canggung karena aku heboh sendiri menyanyikan lagu-lagu itu. Akhirnya aku pun meminta masing-masing orang untuk me-request lagu yang mereka bisa bawakan, kami langsung terhubung dengan koneksi internet dan mengandalkan Youtube. Lagu-lagu yang kami nyanyikan pun menjadi beragam menurut genre dan penyanyi/band favorit masing-masing orang. Masih ada yang bersikap malu-malu dan tidak mau ikut bernyanyi tapi mereka terlihat menikmati menonton aku dan beberapa teman yang asyik berkaraoke. Vlad yang pada awalnya hanya menonton akhirnya me-request sebuah lagu berjudul 'Sewn". Itu adalah lagu yang dia ingin nyanyikan untuk Tanya, istrinya. Itu adalah lagu yang romantis. Vlad bernyanyi dengan baik. Itu pertama kalinya aku mendengar lagu itu tapi aku langsung menyukainya. Kami terus bernyanyi hingga sudah malam hari dan beberapa orang mesti pulang. Masih banyak makanan yang tersisa sehingga beberapa kami membawanya pulang. Aku dan beberapa teman tinggal sebentar untuk membantu Vlad dan Tanya membereskan rumah mereka. Mereka meminta kami untuk tidak melakukannya karena seseorang lain yang telah mereka bayar akan melakukannya di pagi hari, tapi kami tetap melakukannya karena kami menyukainya. Satu per satu orang mulai pulang, aku masih duduk dengan nyaman di salah satu sofa empuk milik mereka, aku sangat menyukai sofa itu. Akhirnya hanya tersisa aku, Arini, Vlad dan Tanya. Tanya memintaku tinggal sebentar karena dia ingin menunjukkan beberapa obat jerawat yang dia miliki dan bagaimana cara memakainya (aku memiliki masalah jerawat yang cukup serius dan dia peduli). Beberapa saat kemudian, Vlad menenteng laptopnya dan malah mengajak kami menonton sebuah film bersama mereka. Tanya menyebutkan Sandra Bullock dan George Clooney sebagai pemeran dalam film berjudul "Gravity" itu. Dia menceritakan sedikit tentang film itu dengan semangat, aku dan Arini pun penasaran dan memutuskan untuk tetap tinggal dan menonton bersama mereka. Aku yang sudah merasa agak lelah duduk di salah satu kursi dan disodorkan bantal. Vlad memadamkan seluruh lampu, dan kami mulai menonton. Beberapa saat kemudian, lampu kembali menyala dan aku ternyata ketiduran. Film itu memang sedikit membosankan, ditambah lagi aku yang memang sudah lelah. Tapi hari itu aku serasa tidak ingin pulang, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasangan yang menyenangkan ini, tapi tentu saja aku harus pulang karena mereka juga harus mulai bekerja (mereka bekerja secara online). Mereka berdua akan segera meninggalkan Bali, aku sedikit sedih karenanya, tapi aku berharap akan segera bertemu mereka. Kebersamaan kami yang cuman sebentar saja sudah sangat berkesan. Kami berbagi banyak hal dalam waktu yang singkat. Hari ini juga aku merasakan indahnya berbagi, hanya dengan saling berbagi makanan kita bisa mengenal seseorang lebih dekat dan bahkan memiliki waktu yang menyenangkan bersama mereka. Aku harap kita bisa sering melakukannya. Aku suka.

Jejak Mereka

Aku tidak memiliki banyak teman, tapi teman-teman yang kumiliki berarti bagiku. Saat aku meninggalkan Kupang, kota kelahiranku aku membawa kesan yang berbeda dari tiap mereka. Hari ini aku merindukan mereka dan memutuskan untuk menulis tentang mereka. Tiap mereka berharga dan daftar ini hanyalah segala hal yang paling kuingat tentang mereka, aku akan memulai daftar ini dari dia.

Awad:
  • Aku ingat bagaimana dia begitu baik pada semua orang
  • Dia selalu mendahulukan kepentingan orang lain
  • Dia penyemangat yang baik
  • Dia selalu bersikap lembut pada semua temannya
  • Dia tahu bagaimana menghormati orang lain
  • Semua orang menyukainya
  • Dia bersikap baik bahkan pada orang yang merugikannya
  • Kami sering makan bersama
  • Dia menyukai bakpao
  • Dia tidak terlalu percaya diri dengan bentuk tubuhnya (menurutku dia baik-baik saja)
  • Dia sering memaksakan diri untuk diet
  • Dia sangat menyayangi ibunya
  • Dia sering merindukan neneknya
  • Dia tidak terlalu akur dengan ayahnya
  • Jangan hubungi dia setelah lewat jam 9 malam (dia sudah tidur pada waktu itu)
  • Dia disukai banyak teman wanita tapi dia sering dikecewakan
  • Dia setia kawan
  • Dia keren 
  • Dia punya impian tinggi tapi takut dia tidak bisa mencapainya (menurutku dia mampu)
Oni:
  • Dia menyukai dirinya (sangat)
  • Dia suka bereksperimen dengan fashion (terkadang dia terlalu ekstrim) 
  • Dia akan selalu mengabaikan anggapan negatif dari orang-orang
  • Dia suka menjadi pusat perhatian
  • Dia pembuat onar
  • Dia melakukan banyak hal sendiri
  • Dia akan selalu mengambil pilihan yang lebih mudah
  • Dia sangat mencintai keluarganya
  • Dia selalu bersikap tegar
  • Dia seringkali patah hati 
  • Dia punya banyak sahabat pria
  • Dia memiliki visi di dunia pendidikan
  • Dia cepat akrab dengan orang lain
  • Dia memiliki rambut yang indah 
  • Dia suka membaca
  • Dia suka K-Drama
  • Dia sangat menyukai langit
Mey:
  • Dia menarik
  • Dia pandai
  • Dia menyukai anak-anak
  • Dia berpendirian keras
  • Dia pandai bernyanyi
  • Dia menyenangkan 
  • Dia pendengar yang baik
  • Dia pemberi nasihat yang baik 
Steven:
  • Dia menyebalkan tapi juga menyenangkan
  • Dia suka bicara apa adanya
  • Dia tidak suka dirugikan 
Jack:
  • Dia suka bernyanyi
  • Dia penerjemah yang baik
  • Dia tidak bisa bangun di pagi hari
  • Dia sering begadang
  • Dia royal pada teman-temannya
  • Dia suka makan
  • Dia terkadang sensitif 
  • Dia pandai bermain alat musik
  • Dia peduli dengan teman-temannya
Elvis:
  • Dia sangat setia kawan
  • Dia mau dirugikan demi teman-temannya
  • Dia teman perjalanan jauh yang dapat diandalkan
  • Dia pria yang baik
  • Dia suka mengejekku
  • Dia merindukan ibunya 
Harti:
  • Dia K-lover
  • Dia teman yang baik
  • Dia pandai tapi tidak menyadarinya 
  • Dia kurang percaya diri akan banyak hal
Raisa:
  • Dia sulit bergaul
  • Dia seringkali bersifat egois
  • Dia pandai memasak
  • Dia takut akan banyak hal
  • Dia suka mengandalkanku
  • Dia sering bertentangan dengan ibunya
  • Dia tidak terlalu menyukai kakaknya 
  • Dia setia pada teman-temannya
  • Dia suka berkhayal
  • Dia memiliki banyak potensi tapi tidak pandai mengembangkannya 
  • Dia seharusnya bisa lebih baik lagi jika dia mau 

Aku menghabiskan banyak waktu dengan mereka, masih ada banyak hal yang tidak aku tahu tentang mereka, tapi aku bersyukur mereka pernah dan masih menjadi bagian dari hidupku. Aku harap mereka ada disini, itu akan sangat menyenangkan. Aku hanya merindukan mereka dan waktu yang pernah aku habiskan bersama mereka. Aku harap mereka tahu itu. 

Monday 25 August 2014

Terjemahan Komentari David Guzik (Matius 10:32-39)


(Matius 10:32-39) Sikap yang harus diperlengkapi bagi murid Yesus

‘Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.’

a. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-ku yang di sorga: Seorang murid mesti mengakui Yesus di muka umum. Jika kita tidak ingin diketahui oleh orang lain tentang kesetiaan kita kepada-Nya, kita tidak bisa mengharapkan Dia untuk membiarkan orang lain tahu tentang kesetiaan-Nya kepada kita.

#Setiap orang terpanggil oleh Tuhan, Dia memanggil semua orang pada umumnya. Tidak ada yang namanya Pengikut Yesus "rahasia".

#Jika kau diuji sebagai pengikut Yesus, akankah ada cukup bukti bagi keluarga dan teman-temanmu untuk menyalahkanmu karena menjadi pengikut Yesus?

b. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku: Seorang murid mesti benar-benar mengasihi dan mengikuti Yesus. Pengabdian kita kepada Yesus mesti menjadi yang utama bahkan lebih utama dari rumah tangga kita/keluarga.

#Kita harus mengharapkan bahwa sewajarnya, mengikut Yesus menjadikan kita suami, ayah, istri, ibu, anak laki-laki, anak perempuan yang lebih baik, dan lebih lagi. Walaupun demikian ada saat dimana hadirat Tuhan memisahkan daripada menyatukan.

#Bahaya terbesar dari penyembahan berhala datang bukan dari apa yang buruk tapi apa yang baik - seperti kasih dalam hubungan kekeluargaan. Bahaya terbesar bagi yang terbaik (pengabdian kita pada Yesus) datang dari yang terbaik kedua (kasih bagi keluarga misalnya)

c. Memikul salibnya dan mengikut Aku: Seorang murid mesti mengikut Yesus bahkan sampai kepada bagian memikul salibnya. Ketika seseorang memikul salib di jaman Yesus, it hanya untuk satu alasan; kematian, karena salib tidak bernegosiasi; tidak kompromi, tidak bersepakat. Tak ada langkah mundur disaat kau memikul salib, satu-satunya harapanmu adalah kebangkitan hidup. 

#"Salib"-mu bukanlah ujian atau masalah yang engkau hadapi khususnya. Salib berarti satu hal; kematian - pribadimu mati, tapi bangkit lagi di dalam Tuhan. 

d.Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya: Seorang murid hidup dalam paradoks. Dia (murid) hanya bisa memperoleh hidup jika kehilangannya, dan dia hanya bisa hidup jika mati. Kebangkitan hidup hanya  bisa terjadi setelah kita memikul salib kita dan mengikut Yesus.  

Friday 22 August 2014

Mereka

Mereka hanya bocah
Mereka hanya pencinta lumpur dan debu
Mereka suka berlari
Mereka gemar bermain
Mereka suka terik matahari
Mereka berkulit gelap karenanya
Mereka tak mengeluh saat sepiring nasi minyak disodorkan
Mereka tertawa lepas
Mereka suka lagu itu, Lula Lula
Mereka suka hadiah
Mereka tegar
Mereka tetap tinggal
Mereka tetap sekolah
Mereka hanya bisa menerima
Mereka hanya bisa mengiyakan
Mereka hanya bisa ikut
Mereka tak punya kuasa
Mereka tak terdengar
Mereka sakit
Mereka sedih
Mereka terluka
Mereka terpukul dan lupa
Mereka diteriaki dan kembali
Mereka memar dan pulang
Mereka kotor dan senang
Mereka terjebak dan tak bisa keluar
Mereka sebaiknya pulang
Mereka seharusnya pulang

Dedicated to my beloved kids in Noelbaki refugee camp, just please never stop smiling and laughing.

Thursday 21 August 2014

Jangan Dibiarkan Mati

Kenapa aku mulai menulis lagi?
Aku telah banyak menulis sebelumnya. Sejak kecil. Sejak umur belasan tahun. Bakat ini kudapat dari ayah. Dia seorang penulis puisi, drama, sutradara (drama kecil di gereja maupun yang biasa dipentaskan di umum). Sejak kecil puisi telah menjadi bagian yang melekat pada diriku. Aku telah memenangkan banyak lomba membaca dan menulis puisi, bermain peran berulangkali dalam drama gereja. Ayahku selalu bilang, jikalau kamu memiliki bakat teruslah asah, jangan dibiarkan tumpul apalagi mati. Dia selalu mendorongku untuk menulis puisi, walau aku lebih sering tidak mengindahkannya. Aku hanya mencipta disaat aku ingin atau apabila itu menguntungkan. Terakhir kali aku menulis puisi disaat aku hendak mengikuti lomba, hasilnya tidak buruk, aku bahkan meraih juara pertama. Setelah itu aku terlalu sibuk dengan kehidupan remajaku, aku lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-teman, membaca komik, dan hal-hal lain yang kuanggap lebih penting dan menarik. Ayahku juga tidak lagi terlalu memaksa, baginya aku sudah cukup dewasa untuk bisa melakukan apa yang kusukai, jika aku memang tidak terlalu suka menulis maka baginya itu pilihan yang bisa kuambil sendiri. Seiring berjalannya waktu aku mulai ingin menulis cerpen. Berawal dari hobiku membaca majalah anak muda yang mana aku bisa mengirimkan hasil cerpenku, dan jika dimuat akan menerima bayaran. Aku mulai menulis dan menyelesaikan cerpen pertamaku berjudul "More Than Words". Tidak terlalu buruk menurutku, aku pun mengirimnya ke beberapa majalah berharap karyaku akan dimuat. Setelah itu aku mulai menulis lagi dan menyelesaikan cerpen keduaku berjudul "Kamu Berubah, Ben" tapi belum pernah kukirim karena aku merasa belum cukup pantas. Aku mulai menulis lagi tapi tidak pernah sampai selesai, singkatnya aku baru pernah menyelesaikan dua buah cerpen. Ide-ideku selalu tercekat di tengah maupun di awal aku mulai menulis, aku lebih banyak menyerah dan akhirnya melupakannya. Banyak kali aku membaca karya tulisan orang lain dan aku iri dengan dedikasi dan komitmen mereka, mereka bisa menulis hingga akhir, bahkan bukan sekedar cerpen yang hanya sebatas 3-5 halaman, mereka bahkan bisa membuat novel. Itu sangat membuatku cemburu. Aku pun hanya bisa memendam mimpi itu dalam semangat-semangat kecil yang terkadang muncul di kepalaku, yang bilang "Ceasy, kamu juga bisa", tapi lalu menghilang untuk waktu yang lama. Hingga akhirnya kemarin aku bertemu Ceca, dia juga adalah seorang penulis, dia pernah bekerja sebagai jurnalis sebuah majalah game. Ceritanya tentang bagaimana dia sangat suka menulis membuat semangat-semangat kecilku menemukan jalannya kembali. Aku ingat untuk tidak lagi membiarkan bakatku ini mati kekeringan. Meskipun karyaku tidak akan sampai selevel dengan penulis penulis dunia tapi setidaknya aku tidak menguburnya di pulau terpencil dan lalu pergi tanpa menoleh lagi. Bakatku ini adalah identitasku juga. Setidaknya aku merasa hidup dan berbeda disaat aku menulis, aku bukan cuman Ceasy yang sekedar memenuhi planet bumi, aku bukan cuman Ceasy yang sekedar ada, aku bukan cuman Ceasy yang tidak terdeteksi. Aku Ceasy yang suka menulis dan ingin terus menulis. Aku Ceasy yang ingin berkarya. Aku Ceasy yang lain.

More Than Words


More Than Words

Kringgg………
Jam beker imut bentuk Mickey Mouse gue ngelakuin tugasnya dengan baik, tepat jam setengah 3 sore dia udah teriak-teriak secempreng mungkin buat ngebangunin gue. Yup! Hari ini gue ada janji sama Andra, cowo yang baru gue kenal 2 hari lalu di pesta ulang tahunnya Icha, my bestfriend. Emang dia sie yang ngajak gue kenalan, katanya dia temennya Jo, sepupu Icha, cakep juga. Malamnya dia ngajak sms-an :
“Malam Al, gie ngapain? Nie Andra, yg td kenalan di birthday party-nya Icha. Masih inget khan?”
“Oh Andra, masih inget kok. Kenapa?”
”Gak, gue kepikiran aja gue td lupa nanya lo udah punya cwo pa blom?”
”Busyet! Blak-blakan banget ne cowo, belum juga seminggu kita kenalan”
”Oh, blom kok. Gie single ne, emang kenapa? Lo mau nyomblangin gue ma temen lo yah?”
”Gak juga, bsok lo sbuk gak? Jalan yuk?”
What? Dia ngajak gue jalan? Ummm, it’s ok lah. Itung-itung biar besok gue gak suntuk sendirian di rumah”
”Ummm, boleh deh. Where? What time?”
”Lo tau Sweet Candy cafe khan? Besok jam 4 sore gue  tunggu lo  disana. Gimana?”
“Tau. Ok deh, besok jam 4 sore di Sweet Candy café. Gue udah ngantuk ne. See ya”
“Ok, sweet dream yah”
…………..
Setiap kali punya janji sama seseorang apalagi cowo, gue selalu bangun tidur satu setengah jam sebelum jam janjian, soalnya sejam itu waktu maksimal yang gue butuhin buat dandan. Biarpun cuman janjian buat kerja tugas kelompok di rumah temen tetep dong gue harus tampil oke, siapa tau sodaranya temen gue ada yang keren. So, persiapan itu emang tetep diperluin. Mini dress lemon colored, fringe boots warna olive green, ethnic necklace warna item, cute wallet warna biru, sweet vanilla perfume, makeup sana-sini dan terakhir bando imut yang jadi mahkota buat rambut panjang gue yang tergerai indah (so sweet....).
”Ma, Alice pergi dulu yah..... Ada janji sama temen nie”
”Iya, jam berapa pulang?”
”Ummmm, tergantung sie Ma....”
”Udah-udah, mama ngerti.... Time limit-nya sampe jam 8 yah, don’t be late! Inget jaga diri, cowo jaman sekarang jangan gampang percaya!”
“Ah mama...., siapa bilang aku pergi sama cowo?”
”Alice my dear, come on! You can’t lie to me, because you are my only daughter”
“Hehe, mama tau aja. You’re the best mom! Love you, mmuuach….. Bye, see you on 8
Gue yang blasteran Australia-Betawi emang anak semata wayang, mama gue orang Australia ketemu papa pas sama-sama ngikutin Science Competition di Tokyo, Jepang. Emang udah jodoh dari sananya kali yah, biarpun long distance relationship selama kurang lebih 6 bulan, papa yang akhirnya berhasil dapat scholarship di Australia bisa ngejalanin short distance relationship deh sama mama. Setelah jadi sarjana papa langsung ngambil alih perusahaan keluarga, nikahin mama, dan ngeboyong mama ke Jakarta, 9 bulan kemudian lahirlah gue, Alice Prasetya (tadaaa….!!!).
……………..
Thanks God, Jakarta sore ini gak macet-macet amat so jam 4 teng akhirnya Honda Jazz pink colored gue berhasil diparkir di parkiran Sweet Candy café dengan selamat. Tempatnya cozy, warna merah bata mendominasi café ini dengan banyak wall ornaments yang keren, di ujung bagian dalam café akhirnya gue nemu sosok si Andra yang udah nyambut gue duluan dengan senyumnya (yang kalo boleh dibilang manis abis…).
“Hai Andra, pa kabar?”
“Baik, kamu ndiri? Gak nyasar khan?”
What? No way, gue juga sering kesini kali sama si Icha, jadi gak mungkinlah gue nyasar. Kecuali kalo gue ngidap Alzheimer baru mungkin gue nyasar”
“Hahaha, lo lucu juga Al. Btw, mau pesan apa nie?”
”Aku pesan choco mocca ice cream-nya satu sama hot sandwich crunchy saos chocolatenya satu. Lo?”
”Sama deh”
”Ahh, gak kreatif. Kenapa ngikutin pesanan gue?”
”Gak papa khan, pengin tau aja rasa makanan kesukaan lo. Emang gak boleh?”
”Yieh..., garing”
”Hehehe....”
Andra keliatannya tipe cowo yang asik buat diajak seru-seruan, pas gue lagi serius nikmatin sandwich gue dia malah nyolekin ice cream ke hidung gue, sumpah usil banget. Jadi deh kita main colek-colekan ice cream, sampe diperhatiin orang se-café malah ada yang diam-diam ngetawain kita, gue sih cuek aja.
”Ummm..., Al. Ada yang mau gue omongin ke lo”
“Apa? Ngomong aja kali, gak usah pake nanya segala”
”Bener yah gue langsung ngomong aja?”
”Iya, kenapa sie lo? Aneh gitu, ngomong udah”
I love you
”Apa?”
I love you, Al”
”What? Andra, we just knew each other two days ago. And now you said that you love me. How come?”
“It’s not about the time, it’s about the feeling. Gue suka ma loe sejak pertama kali gue ngeliat loe di party-nya Icha
Andra, buat gue kata I love you  itu gak sekedar kata, it’s more than just a words. Dan buat gue mustahil buat dua orang cowo cewe falling in love each other just in one night pas pertama kali ketemu. Itu semua butuh proses, buat numbuhin cinta yang bener-bener tulus. Love at first sight buat gue nonsense, yang ada tuh cuman bagian luarnya aja yang diperhatiin, padahal belum bener-bener kenal eh langsung bilang I love you. Mending kita tuh saling kenal dulu, kalo cocok baru gue bakal nerima loe jadi cowo gue, gimana?”
 “Yah, apa boleh buat. Anything for you deh Alice from the wonderland
………….
            Teng….., teng…., teng……,
            Lonceng SMA Putra Putri Bangsa berbunyi tepat pukul 7 pagi, para murid bergegas berkumpul di lapangan sekolah untuk mengikuti apel pagi.
“Selamat pagi murid-murid sekalian, pagi ini bapak ingin menyampaikan pengumuman,  berhubung murid-murid kelas 3 akan mengikuti ujian nasional minggu depan, maka murid-murid kelas 1 dan 2 diliburkan selama seminggu. Selamat berlibur!”
“Udah Al, ntar liburan nanti lo ikut gue aja ke villa gue di Bogor. Pemandangannya bagus banget, ada danau, hutan kecil, taman penuh bunga liar, peternakan kelinci, pokoknya dijamin keren deh…..”
“Serius lo? Mau banget gue kalo gitu. Ntar gue minta ijin dulu ama mama”
“Sip! Gue juga ngajak sepupu gue, si Jo. Gak papa khan? Biar ada cowo yang nemenin kita pas jalan-jalan, sekalian jadi bodyguard gitu deh...”
”Boleh dong...”
”Ummmmm, btw, gimana si Andra? Lo masih sering jalan bareng dia? Tapi belum jadian khan lo berdua?”
”Yah belum lah..., gue pasti ngasi tau lo kali kalo gue jadian ama dia. Sejak 2 bulan yang lalu ditolak ama gue itu dia tetep ngedeketin gue. Kemarin waktu kita jalan bareng ke Ancol gue jatuh dan kaki gue keseleo, dia keliatan panik banget. Trus dia ngegendong gue dari tempat gue jatuh yang jaraknya sekitar 50 meteran ke tempat parkir mobilnya. Sumpah, gue tersanjung banget. Orang-orang pada ngeliatin, dia cuek aja. Dia nganterin gue sampe rumah, dia mohon maaf banget sama mama karena katanya gak bisa ngejaga gue dengan baik, lucu banget yah....”
”Cie..., kayaknya ada yang mulai suka nie sama si Andra. Udah Al, lo terima aja dia jadi cowo lo. Dia emang anaknya baik kok, dia sering ke rumah gue sama si Jo, tiap kali datang dia bawain gue coklat sekotak, padahal sepupu gue si Jo gak pernah tuh....”
”Itu khan emang kesukaan lo kali....”
”Bukan itu aja, dia juga sering curhat ke gue, secara dia tau lo itu bestfriend gue. Dia bilang dia suka banget ama lo, dia juga sering minta saran ke gue buat ngedeketin lo”
”Oh...., berarti dia emang sengaja bawain lo coklat biar lo mau buka mulut soal gue”
”Biarin, yang penting coklatnya enak”
”Dasar!”
.................
”Wahhh...., keren banget Cha pemandangannya! Sumpah, villa lo emang paling ok deh. Yuk Cha kita langsung beres-beres trus kita langsung ke danau”
”Ummm, Al kayaknya gue gak bisa nemenin lo ke danau deh. Masih mabuk perjalanan nie gue, Jo juga kayaknya demam. Lo pergi sendiri aja deh, keliatan khan jalan kesana, lo pasti bisa sendiri, sorry yah....”
”Payah, yah udah gue pergi sendiri aja”
.....................
Danau itu dikenal dengan nama danau Heaven sama penduduk sekitar karena memang danau itu membuat orang bisa membayangkan indahnya surga, airnya yang bening bak kaca membuatku tenang. Di sekitar danau tumbuh pohon-pohon hijau yang membuat suasana menjadi sejuk. Aku hanya bisa duduk di pinggir danau dan menikmati karya Tuhan ini.
”Indah banget yah danaunya Al.....”
”Andra? Kok?”
”Hai, gue emang sengaja kesini, gue udah ngomong sama Icha sebelumnya tapi gue gak mau loe tau. Gue cuman mau bilang……, I love you Al…, and for this time it’s not just the words, it’s more than words, it’s my whole feeling about you. Would  you like to be my girlfriend Alice?”,  kata Andra sambil megang tangan gue lembut.
 “Ummmm, gue tau kok Andra, it’s more than words now, I can  feel it too. Loe udah nunjukin kalo loe emang bener-bener sayang ama gue dan bukan cuman rasa sesaat yang bakal hilang dengan cepat. I love you too  Andra……”
THE END

Karya pertamaku yang masuk ke majalah Gadis, terinspirasi dari kisah nyata tapi sebagian besar hasil imajinasi belaka. Majalah Gadis yang memuat karya pertamaku ini edisi tahun 2010, aku baru tahu kalau dimuat di majalah tahun 2013, hingga kini masih belum punya majalahnya, walaupun tidak dibayar yang penting bisa lihat hasil karyaku dimuat di majalah sudah akan sangat memuaskan.